13/01/09

Ayah Yang Menanti


Sawat telah merendahkan martabat keluarganya dan menjatuhkan nama ayahnya. Ia datang ke Bangkok sebagai pelarian dari kehidupan desa yang membosankan. Ia menemukan kegairahan di sana, dan ketika ia sudah makmur dalam kehidupannya yang mesum, ia juga mendapatkan popularitas.

Ketika untuk pertama kalinya ia datang, ia mengunjungi sebuah hotel yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Setiap ruangan mempunyai sebuah jendela yang mengarah ke koridor dan di setiap kamar duduk seorang gadis. Gadis-gadis yang lebih tua terlihat tersenyum dan tertawa. Yang lain, berusia 12 atau 13 tahun atau bahkan lebih muda, tampak gelisah bahkan ketakutan.

itulah petualangan Sawat yang pertama di dunia pelacuran Bangkok. Mulanya tanpa maksud apa-apa, tetapi ia segera terjerat di dalamnya seperti sepotong kayu kecil yang hanyut dalam arus sungai yang kencang. Arus itu terlalu kuat baginya, terlalu kencang.

Tidak lama kemudian ia mulai menjual candu kepada para pelanggan dan turis-turis yang terlibat pelacuran di hotel-hotel. Ia jatuh begitu rendahnya sampai membantu menjual dan membeli anak-anak gadis, beberapa di antaranya baru berusia 9 dan 10 tahun. Hal itu adalah pekerjaan mesum dan ia salah satu “pengusaha” muda yang paling penting.

Tidak lama kemudian dunianya jatuh berantakan. Ia tertimpa kesialan. Ia dirampok dan ketika ia berusaha untuk naik kembali ke atas ia ditangkap. Di dunia hitam tersiar berita bahwa ia adalah mata-mata polisi. Akhirnya, ia terdampar di sebuah gubuk dekat pembuangan sampah kota.

Ketika duduk di gubuk kecilnya, ia memikirkan keluarganya, terutama ayahnya, seorang Kristen sederhana dari sebuah desa kecil di selatan dekat perbatsan Malaysia. Dia ingat kata-kata perpisahan ayahnya:”Aku menantimu.” Apakah ayahnya masih menunggunya setelah apa yang ia lakukan untuk mempermalukan nama keluarga? Apakah ia akan disambut dalam rumahnya? Berita tentang kehidupannya sudah lama tersiar di desa.

Akhirnya ia membuat rencana. “Ayah yang kekasih,” tulisnya. “Saya ingin pulang ke rumah, tetapi saya tidak tahu apakah Ayah masih mau menerima saya setelah apa yang saya perbuat. Saya sangat berdosa, Ayah. Ampunilah saya. Sabtu malam nanti saya akan berada di kereta api yang melewati desa kita. Jika Ayah masih mau menantikan saya, apakah Ayah mau mengikatkan sehelai kain putih di pohon po yang berada di depan rumah kita? (Tertanda) Sawat.”

Dalam perjalanan dengan kereta itu ia merenungkan kehidupannya yang berdosa. Ia tahu ayahnya berhak sepenuhnya untuk menolaknya. Ketika kereta api akhirnya mendekati desa, ia merasa sangat cemas. Apa yang ia lakukan jika tidak ada kain putih di pohon po itu?

Di seberang Sawat duduk seorang asing yang ramah yang memperhatikan betapa gelisahnya kawan seperjalanannya itu. Akhirnya Sawat tidak kuat menahan tekanan hatinya Kisahnya mengalir keluar dari mulutnya. Ia menceritakan segala sesuatunya kepada orang asing itu. Ketika mereka memasuki desa, Sawat berkata, “Oh, Tuan, saya tidak sanggup melihat. Maukah Anda melihatnya untuk saya? Bagaimana jika Ayah saya tidak mau menerima saya kembali?”

Sawat membenamkan wajahnya di antara kedua lututnya. “Apakah Anda melihatnya, Tuan? Hanya ada satu rumah yang mempunyai pohon po.”

“Anak muda, ayahmu bukan saja memasang sehelai kain putih. Lihat! Ia telah menutupi seluruh pohon dengan helaian kain-kain putih!” Sawat hampir tidak dapat mempercayai matanya. Pohon itu ada di sana, penuh dengan kain putih. Di halaman muka, ayahnya yang tua melompat – lompat, sambil melambai – lambaikan sehelai kain putih dengan penuh sukacita, lalu berlari – lari di samping kereta. Ketika kereta berhenti di stasiun kecil, ia merangkul putranya dengan air mata yang mengalir karena sukacita. “ Aku selalu menunggumu! ” Serunya.



“ Kata ayahnya kepadanya : ‘ Anakku, engkau selalu bersama – sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. kita patut bersukacita karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.


Tidak ada komentar:








INFO
KomSel





Komsel Setiap Hari Jumat Jam 20:00 WIB Tuhan Yesus Memberkati.

Semua Materi Bahan Sate diambil dari www.abbalove.org



ABBALOVE SERPONG
Ruko Jasmine Blok HA/1 No.2-6 Gading Serpong







God Bless You.

Daftar Blog Favorit