07/04/16

Melayani Sebagai Pelayan atau Sebagai Bos?

Bacaan: Markus 10:35-45 dan Fil 2:1-8

Dalam surat undangan kadang dibawahnya ada catatan "maaf bila penulisan nama dan gelar ada kesalahan". 
Ketika saya diundang kotbah oleh satu gereja, pengundang bertanya "apa gelar bapak?" Saya jawab, "Pendeta". "Maksud saya apa STh, MDiv, MTh atau Dr?" 
"Tidak usah dicantumkan gelar akademisnya" saya jelaskan, sebab saya berkotbah sebagai pendeta bukan sebagai STh atau MTh.”
Salah seorang Majelis di gereja yang lain pernah mengatakan ada pendeta yg tidak senang sebab gelar STh nya tidak dicantumkan dalam buletin gereja. Alasannya, dia dapatkan gelar itu dengan pengorbanan, susah payah.

Pertengkaran diantara murid Yesus tentang siapa yg terbesar diantara mereka (Mark 9:33-37) dilanjutkan oleh permintaan Yakobus dan Yohanes (Mark 10: 35-45). Kita tahu dan hafal dengan cerita ini. Kita mengerti cerita ini. Kita sadar arti pelayanan, tetapi sulit untuk mengikuti pola pelayanan yang Yesus contohkan.

Banyak orang mau melayani, tetapi sedikit yang mau menjadi pelayan. Banyak orang mau melayani sebagai "bos". Itu terungkap dalam "cita2"nya atau ambisinya untuk meraih "jabatan terhormat" dalam gereja; Ephorus, Bishop, Ketua Sinode, Ketua Majelis, dst. 

Padahal dengan gamblang Yesus mengajar untuk "menjadi pelayan" (Mark 10:43).
Dia memberi contoh dengan membasuh kaki murid2 (Yoh 13:1-20). Bahkan dengan pengorbanan di kayu salib. Dalam melayani kita harus mau mengambil "karakter Yesus" yang dijelaskan oleh Rasul Paulus dalam Fil 2:1-8. Dia, Raja atas segala Raja, Allah yang Maha kuasa, nama dan gelar-Nya mengatasi langit, mengosongkan diri menjadi manusia, menjadi hamba yg taat bahkan mati di salib. Bukan mati "enak" tapi mati tragis disamakan dengan penjahat kelas kakap!
Mengapa kita yang hanya punya gelar M.Div atau Dr saja sudah sombong?
Mengapa kita malah bertentangan dengan paradigma atau pola pelayanan Yesus?
Mengapa tidak senang bila gelar tidak disebut dalam kotbah/buletin?
Kita berkotbah bukan sebagai akademisi, tetapi sebagai Hamba Tuhan, sebagai Pendeta. Kalau berceramah mungkin boleh kita cantumkan. 
Tapi wibawa ceramah bukan dari gelar melainkan dari isi ceramah.
Wibawa kotbah bukan dari gelar, tapi kuasa Roh Kudus.

Wibawa dan pengaruh pelayanan bukan dari jabatan melainkan "contoh hidup dan kehidupan" kita.
Kalau diperhadapkan dengan Firman Tuhan ini, jelaslah bagi kita "apakah benar aku Hamba Tuhan, aku pelayan Tuhan bila aku masih mementingkan gelar dan posisi?"

Yesus tidak menganggap kesetaraannya dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan. (Fil2:6)
Tapi banyak yg mengaku Hamba Tuhan, Pengikut Yesus malah tdk mengikuti keteladanan Yesus. Mereka berusaha membuat strategy untuk melanggengkan kedudukannya, "lanjut!", menempatkan "anak buahnya" untuk mengamankan posisinya.

Saya sangat terkesan dengan seseorang mengatakan, "saya akan tetap membantu tugas di gereja walaupun tidak jadi majelis. Disetujui atau tidak untuk jadi majelis, tapi pekerjaan pelayanan itu akan saya lakukan"

Motivasi pelayanan Yesus adalah kasih (Yoh 3:16) dan inilah yang harus juga menjadi motivasi kita dalam melayani. Kita boleh menjadi pemimpin tetapi tetap mengenakan hati seorang hamba.
Yesus selalu memberi apa yang terbaik bagi manusia, demikianlah kita harus memberi yang terbaik. Bukan malah sebaliknya ingin mendapatkan sesuatu.

Dalam dunia kita harus meraih posisi top, tetapi dalam gereja posisi atau jabatan apapun juga adalah Tuhan yang memberikan sesuai dengan talenta dan kemampuan kita. Selamat melayani

Tidak ada komentar:








INFO
KomSel





Komsel Setiap Hari Jumat Jam 20:00 WIB Tuhan Yesus Memberkati.

Semua Materi Bahan Sate diambil dari www.abbalove.org



ABBALOVE SERPONG
Ruko Jasmine Blok HA/1 No.2-6 Gading Serpong







God Bless You.

Daftar Blog Favorit