Beberapa waktu yang lalu, saat itu saya sedang berada di receptionist sebuah hotel berbintang di Jakarta, disana saya melihat suatu kejadian yang menarik, bagaimana seorang pegawai hotel menghadapi tamu yang penuh emosi.
Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 14:00 lebih sedikit, dan hotel sibuk mendaftar tamu-tamu baru. Orang di depan saya memberikan namanya kepada pegawai di meja receptionist dengan nada memerintah. Pegawai tersebut berkata, "Ya, Pak, kami sediakan satu kamar 'single' untuk Anda."
"Single?" bentak orang itu, "Saya memesan double."
Pegawai tersebut berkata lagi dengan sopan, "Coba saya periksa sebentar Pak." Ia mengambil daftar arsip dari tamu dan kemudian berkata, "Maaf, Pak. dalam catatan kami Bapak menyebutkan single. Saya akan senang sekali menempatkan Bapak di kamar double, kalau memang ada. Tetapi saat ini semua kamar double sudah penuh."
Tamu yang berang itu berkata, "Saya tidak peduli apa bunyi catatan itu, saya mau kamar double."
Kemudian ia mulai bersikap "Anda tau siapa saya?" diikuti dengan kalimat "Saya akan usahakan agar Anda dipecat. Anda lihat saja nanti. Saya akan buat Anda dipecat."
Di bawah serangan gencar itu, pegawai muda tersebut hanya berdiam saja dan kemudian menyela, "Maaf Pak, kami menyesal sekali, tetapi kami bertindak berdasarkan instruksi Bapak."
Akhirnya, sang tamu yang benar-benar marah itu berkata, "Saya tidak akan mau tinggal di hotel ini, meski diberi kamar yang terbagus sekalipun, manajemennya benar-benar buruk," dan ia pun keluar meninggalkan lobby hotel.
Saya menghampiri meja receptionist itu, sambil berpikir si pegawai ini pasti sedang tidak enak hati setelah baru saja dimarahi habis-habisan. Sebaliknya, ia malah menyambut saya dengan salam yang ramah sekali "Selamat siang, Pak."
Ketika ia sedang mengaturkan kamar untuk saya, saya berkata kepadanya, "Saya kagum dengan cara Anda mengendalikan diri tadi. Anda benar-benar sabar."
"Ya, Pak," katanya, "Saya tidak dapat marah kepada orang seperti itu. Bapak bisa lihat, ia sebenarnya bukan marah kepada saya. Saya cuma korban pelampiasan dari kemarahannya. Orang tadi mungkin baru saja ribut dengan istrinya, atau bisnisnya mungkin sedang lesu, atau barangkali ia sedang marah dengan dirinya sendiri, dan ini adalah kesempatan untuk melampiaskan kekesalannya."
Sambil menyerahkan beberapa berkas untuk saya tanda tangani, pegawai itu menambahkan, "Pada dasarnya ia mungkin orang yang sangat baik. Kebanyakan orang memang begitu."
Kata-katanya yang terakhir itu begitu melekat di pikiran saya, sambil berjalan menuju lift, saya terus mengulang-ulang perkataannya di dalam hati, "Pada dasarnya ia mungkin orang yang sangat baik. Kebanyakan orang memang begitu."
Dari kejadian ini saya dapat mengambil sebuah hikmah. Jika ada seseorang yang menyatakan perang atau marah kepada Anda, janganlah membalasnya. Cara terbaik untuk meredam situasi seperti ini adalah membiarkan orang tersebut melepaskan amarahnya, dan kemudian lupakan saja.
Ingatlah selalu dua kalimat itu...
"Pada dasarnya ia mungkin orang yang sangat baik. Kebanyakan orang memang begitu."
MURAHHHHH.....
-
DALI CHRYSANTHEMUM WITH HONEY
Teh bunga chrysanthemum dengan madu.
Khasiat dan kegunaan:
Memelihara kesehatan dan membantu meredakan sakit kepala dan pana...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar