21/11/15

Kisah Burung Pipit

Ketika musim kemarau baru saja tiba, seekor burung pipit merasakan tubuhnya mulai kepanasan, lalu mengumpat pada lingkungan yang dituduhnya tidak bersahabat.

Lalu burung pipit itu memutuskan untuk meninggalkan tempat yang sejak dulu menjadi habitatnya, dia terbang ke utara yang konon kabarnya udaranya selalu dingin dan sejuk.

Benar, semakin burung pipit itu terbang jauh ke utara dia merasakan kesejukan yang dapat membuatnya senang.

Dia semakin semangat untuk berpacu terbang terus ke utara.

Karena dia terbawa nafsu yang amat sangat, dia tidak merasakan sayapnya yang mulai tertempel salju.

Semakin lama salju itu semakin tebal dan pada akhirnya dia terjatuh karena tubuhnya terbungkus oleh salju.

Waktu burung itu jatuh dan sampai ke tanah, salju yang menempel di sayapnya semakin menebal.

Si burung pipit tidak mampu berbuat apa-apa. Dia menyangka bahwa riwayatnya akan mati di tempat itu dalam keadaan seperti itu pula. Burung itu menyesali nasibnya itu.

Mendengar suara rintihan si burung pipit, seekor Kerbau yang kebetulan lewat datang dan menghampiri burung itu.

Namun si burung kecewa mengapa yang datang hanya seekor kerbau, lalu burung pipit itu menghardik kerbau itu agar menjauh darinya dan mengatakan bahwa mahkluk yang tolol tak mungkin mampu berbuat apa-apa untuk menolongnya.

Si kerbau itu tidak banyak bicara dan dia hanya berdiri, kemudian dia kencing tepat di atas burung pipit itu. Si burung pipit semakin marah dan memaki-maki kerbau itu.

Lagi-lagi si kerbau tidak bicara dan maju satu langkah lagi untuk mengeluarkan kotoran ke atas burung tersebut.

Seketika itu si burung tidak dapat bicara apa-apa karena tertimbun kotoran si kerbau.
Si burung lagi-lagi mengira jika dia akan mati karena tidak bisa bernafas.

Namun secara perlahan-lahan dia merasakan kehangatan, salju-salju yang menempel pada tubuh dan bulu-bulunya mulai meleleh karena kotoran kerbau tadi.

Burung itu dapat bernafas lega dan dapat melihat langit yang cerah lagi. Si burung Pipit berteriak kegirangan, bernyanyi keras sepuas-puasnya.

Mendengar suara nyanyi burung itu, anak kucing yang mendengarnya langsung menghampiri suara itu, mengulurkan tangannya, mengais tubuh si burung dan kemudian
menimang nimang, menjilati, mengelus dan membersihkan sisa-sisa salju yang masih menempel pada bulu si burung.

Begitu bulunya sudah bersih, si burung pipit bernyanyi dan menari kegirangan, dia mengira telah mendapatkan teman yang ramah dan baik hati.

Namun apa yang terjadi kemudian, seketika itu juga dunia terasa gelap gulita bagi si burung dan tamatlah riwayat si Burung Pipit di telan oleh kucing itu.

Pesan moral dari kisah ini : 

1. Halaman tetangga yang tampak lebih hijau, belum tentu cocok untuk kita.

2. Baik dan buruknya penampilan jangan digunakan sebagai satu-satunya ukuran untuk menilai orang.

3. Apa yang pada mulanya pahit dan terasa tidak enak, kadang-kadang bisa berbalik menjadi hikmah yang menyenangkan dan demikian juga sebaliknya.

4. Ketika kita baru saja mendapat kenikmatan, jangan lupa dan jangan terburu nafsu, agar tidak kebablasan.

5. Waspadalah kepada orang yang memberi janji berlebihan.

Semoga renungan dan ilustrasi di atas yang tidak sempurna tersebut dapat menjadi berkat yang sempurna bagi kita semua.

Tidak ada komentar:








INFO
KomSel





Komsel Setiap Hari Jumat Jam 20:00 WIB Tuhan Yesus Memberkati.

Semua Materi Bahan Sate diambil dari www.abbalove.org



ABBALOVE SERPONG
Ruko Jasmine Blok HA/1 No.2-6 Gading Serpong







God Bless You.

Daftar Blog Favorit