Iman Tergantung Mujizat

Ketika menyaksikan sebuah keajaiban, kita begitu kagum. Ketika mengalami pertolongan Tuhan yang ajaib, orang yang tidak percaya pun tiba-tiba bisa percaya kepada Yesus. Namun apakah kepercayaan seperti itu adalah jaminan Iman yang lebih baik dan awet? Belum tentu. Setidaknya demikianlah kita melihat kisah ribuan murid yang awalnya mengaku percaya dan mau mengikuti Yesus karena melihat mujizat-mujizat besar-NYA, tetapi akhirnya berbalik arah dan mengundurkan diri ketika IA berbicara keras kepada mereka (Yoh 6:65:67)

Kekaguman dan pengakuan Nebukadnezar akan kebesaran Allah Daniel (Daniel 2:46-47), ternyata hanyalah sesaat dan tidak berakar. Tak berapa lama setelah pengakuannya tentang kebesaran Allah, ia justru mendirikan patung dirinya. Dan dengan angkuhnya, ia membuat perintah kepada setiap orang untuk sujud menyembah patung itu diwaktu-waktu yang telah ditentukannya. Tak hanya itu, ia pun mengeluarkan perintah untuk melempar tubuh setiap orang ke dalam dapur api kepada orang-orang yang tidak mematuhi
titahnya itu.

Bukankah kekristenan kita juga acapkali demikian? Tidak sedikit orang-orang yang awalnya mengaku percaya kepada Kristus dengan mudahnya meninggalkan imannya demi jodoh, jabatan, kekayaan dan hal-hal duniawi lainnya. Kiranya hal ini mengingatkan kita bahwa pengakuan kita seharusnya bukan keluar dari sekedar rasa kagum dan takjub saja, melainkan keluar dari hati yang mengasihi Kristus.

Jika Iman kita lahir dari dalam, maka hal-hal apapun tidak akan menggeser keyakinan kita kepada Kristus. Kekayaan / kemiskinan, kesuksesan / kegagalan, berkat / masalah, semuanya itu tidak mengubah Iman kita kepada Kristus. Disaat paling sulit sekalipun kiranya pengakuan dan kekaguman kita kepada Allah tidak akan pernah berubah.