13/10/09

Kisah Tentang Pengampunan

Charles Reed akan dibebaskan dengan syarat. Ia dijatuhi hukuman penjara 12th dan telah menjalaninya selama 8th. Usianya baru 33th. Masa depannya masih luas terbentang, tetapi ia mempunyai masa lampau yang tidak pernah dapat ia lupakan.

Kisahnya dimulai ketika ia berusia 24th. 2th sebelumnya ia menyelesaikan study dan sudah menjadi seorang agen real estate yang berhasil di Denver. Pembawaannya menyenangkan, penampilannnya menarik. Tahun-tahun kuliahnya ia gambarkan sebagai masa-masa ketika ia menikmati hidup. Dengan gaji yang tinggi, wajah yang tampan, semangat yang muda, ia menjadi orang yang amat dikenal di wilayah itu.

Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau setiap hari Sabtu malam ia kelihatan menggandeng seorang wanita cantik. Suatu hari ia ke tempat tinggal wanita itu dan beberapa jam kemudian pergi mengendarai mobil sportnya yang gagah berwarna merah. Yang mengagetkan ialah yang terjadi pada hari berikutnya. Seorang kawan berusaha menghubungi wanita itu di tempat tinggalnya, tetapi tidak ada jawaban sehingga pintu harus dibuka paksa. Wanita itu kedapatan tergeletak di tempat tidurnya, mati ditikam.

Tidak lama kemudian, polisi datang ke apartemen Charles. Ia masih tidur, sehingga harus dibangunkan. Mobil yang diparkir di garasi diperiksa, dan ditemukan pisau yang masih ada darahnya, tergeletak di tempat duduk bagian belakang. Charles meskipun menyatakan dirinya tidak bersalah, akhirnya ditahan, diadili dan dijatuhi hukuman 12th penjara. Orangtuanya menjual tanah, rumah dan perusahaannya untuk membebaskannya dari segala tuduhan, karena yakin Charles tidak bersalah. Dalam penjara Charles hidup amat baik. Banyak waktu yang ia luangkan untuk mengajar teman-teman sepenjara, dan belajar mengembangkan sikap tanpa kekerasan dalam menghadapi konflik.

Setelah menjalani hukuman 8th, Charles tetap menyatakan diri tidak bersalah, akhirnya ia dibebaskan dengan syarat. Pada waktu itulah, dengan perantara seorang pekerja sosial (yang kemudian ia nikahi) saya mengenal dia. Sesudah mengadakan pembicaraan panjang dan berkali-kali, saya pun menjadi yakin bahwa Charles tidak bersalah dan dia dipenjara secara tidak adil. Bukti-bukti tertentu yang mengarah pada tertuduh lain tidak dikemukakan dalam peradilan, karena sistem hukum yang berlaku dan jaksa penuntutnya. Sekarang Charles masih mengusahakan agar ketidakbersalahannya dinyatakan secara hukum.

Ketika merasa bahwa saya sudah mengenalnya dengan baik, saya bertanya kepadanya mengenai perasaannya dalam semua hal itu. Bagaimana reaksinya terhadap jaksa, hakim, juri, dan sistem hukum yang tidak hanya menghancurkan hidupnya sendiri tetapi juga orang tuanya? Ia mempunyai jawabannya. Jelas ia sudah memikirkan masalah-masalah ini secara amat mendalam.

Ia mengatakan, "Selama tahun pertama dipenjara, saya merasa pahit, marah dan benci kepada mereka semua. Lalu saya sadar bahwa saya tidak dapat membiarkan mereka menentukan hidup saya lagi, sehingga saya belajar untuk mencintai dan mengampuni mereka."

Kisah yang kedua juga mengenai seorang tahanan. Mikael yang berusia 18th, berbadan kekar. Ia dibayar oleh seorang pengusaha kaya sebagai pengawalnya. Ia tidak merasa risau ketika ia sadar bahwa sebagian dari tugas-tugasnya adalah menyelenggarakan acara-acara yang berkaitan dengan obat bius. Acara-acara itu secara diam-diam direkam dan digunakan untuk memeras anggota-anggota salah satu club kaya di California. Yang merisaukan Mikael adalah ketika jaringan itu akhirnya diketahui oleh polisi, ia ditangkap dan terbukti bertanggung jawab atas seluruh usaha ini. Majikannya karena kaya dan mempunyai pengaruh dalam bidang politik, tidak pernah disangkut pautkan dalam perkara ini.

Mikael mau mengakui kesalahannya, tetapi tidak bersedia memikul tanggung jawab pertama atas seluruh jaringan ini. Oleh karena itu ketika hakim menjatuhkan hukuman 8th penjara, Mikael menjadi sangat marah. Ia mengangkat kursi diruang sidang dan menggunakannya untuk menyerang hakim. Dibutuhkan 6 polisi untuk mencegahnya. Ketika semua sudah tenang, hakim mengubah hukumannya menjadi 8th dipenjara dengan penjahat-penjahat yang tidak waras.

Pada mulanya rasa marah Mikael tidak dapat dikendalikan. Ia menyerang para sipir, melempar jatah makanannya ke tembok, menghancurkan segala sesuatu yang dia pegang. Mungkin pada waktu hukumannya dijatuhkan ia bukan orang yang tidak waras, tetapi sekarang ia benar-benar tidak waras.

Ia mengatakan kepada saya, "Saya membutuhkan waktu 1th sampai saya dapat bertanya 'siapa yang saya sakiti? Pelan-pelan saya menjadi sadar bahwa kemarahan saya tidak mempunyai pengaruh apapun bagi majikan saya dulu, hakim ataupun sistem hukum yang saya protes. Yang saya serang adalah hanya diri saya sendiri. Lalu saya bertanya kepada diri saya sendiri, bagaimanakah saya dapat berhenti? Tidaklah cukup hanya menghentikan tindakan keras saya. Sakit hati, kemarahan dan kebencian sudah begitu merusak diri saya, sehingga saya harus berubah dari dalam bathin. Akhirnya saya dipaksa untuk menyadari bahwa satu-satunya jalan yang dapat saya lalui untuk keluar penjara yang sesungguhnya yaitu penjara yang saya bangun sendiri disekitar saya adalah belajar mengampuni dan mencintai. Saya melakukan hal itu, tidak mudah, tetapi sejak saat itu saya bebas."

Kisah yang ketiga mengenai pengampunan, mirip tapi berbeda. Suster Maria berusia 50th, adalah provinsial Tarekat biarawati yang besar. Hasil pemeriksaan dokter mengharuskan dia menjalani operasi otak. Operasi ini berjalan dengan baik. Sebuah slang dibiarkan terpasang melalui lubang di tengkorak untuk saluran cairan. Dua hari setelah operasi, seorang dokter dengan rasa amat cemas dan takut mengatakan kepadanya bahwa ia telah memasukkan kedalam otak suster cairan mematikan. Dan dalam waktu 3jam akan meninggal.

Pada waktu itu Suster Maria sadar penuh dan dapat menggunakan seluruh akal budinya. Dengan segera ia memanggil wakilnya dan anggota dewan. Ia mengatakan, "Jangan saling menuduh. Tidak ada yang harus disalahkan. Tidak perlu menuntut dokter karena malpraktek. Saya memberikan pengampunan tanpa syarat kepada siapapun yang dengan cara tertentu bertanggung jawab atas kejadian ini." Dua jam kemudian Suster Maria meninggal.

********************************************

Mengapa pengampunan begitu penting dan berarti ??

Pengampunan adalah salah satu bentuk realisme. Pengampunan membuat kita mampu melihat diri kita sendiri, orang lain, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup kita sebagaimana adanya.
Pengampunan tidak berarti menyangkal, tidak ambil pusing, mengecilkan, berpura-pura atau tidak menganggap serius apa yang telah dilakukan orang lain terhadap kita atau penderitaan yang kita tanggung karena tindakan itu. Kalau kita mengampuni, kita membuat diri kita sendiri mampu melihat luka-luka serta bekas-bekas luka dalam diri kita seperti adanya.
Pengampunan berarti bahwa kita tidak mau lagi membalas orang-orang yang bersalah kepada kita.
Pengampunan adalah kemerdekaan sejati.
Pengampunan membebaskan hidup kita.

*William A. Meninger, OCSO*

Tidak ada komentar:








INFO
KomSel





Komsel Setiap Hari Jumat Jam 20:00 WIB Tuhan Yesus Memberkati.

Semua Materi Bahan Sate diambil dari www.abbalove.org



ABBALOVE SERPONG
Ruko Jasmine Blok HA/1 No.2-6 Gading Serpong







God Bless You.

Daftar Blog Favorit