08/01/09

Seluk Beluk Toksoplasma

Tak heran bila pertanyaan tentang toxoplasma menjadi pertanyaan menarik yang sering hadir di ruang praktek dokter. Sebenarnya tak salah bila kucing dituding sebagai penyebar toxoplasma. Tapi tentunya tak bijak kalau kemudian kita memvonis semua kucing tanpa terkecuali sebagai biang penyakit toxoplasmosis. Marilah kita lihat dengan seksama bagaimana toxoplasma dapat masuk dan menyerang tubuh manusia.

Selama ini banyak yang beranggapan bahwa toxoplasma itu sejenis virus. Mungkin itu karena pemeriksaan laboratorium pada manusia terutama wanita yang berkaitan dengan masalah kandungan, biasanya digabung dengan pemeriksaan Rubella virus, Citomegalo virus, dan Herpes virus (TORCH). Maka terjadilah salah kaprah, orang-orang pun menyatakan toxoplasma itu virus.

Sebenarnya toxoplasma termasuk dalam kelompok parasit bersel tunggal (protozoa)
dengan nama lengkap Toxoplasma gondii. Sejauh ini siklus perkembangbiakan toxoplasma hanya meneliti dalam usus kucing dan sebangsanya (harimau, singa, kucing hutan dan hewan lain yang termasuk keluarga kucing felidae.) Seekor kucing yang terserang toxoplasmosis akan mengeluarkan telur (ookista) toxoplasma pada waktu tertular untuk pertama kalinya. Inipun hanya berlangsung beberapa hari saja. Ookista ini keluar dari tubuh kucing yang sakit bersama kotorannya (feces). Jadi hanya kucing sakit akibat terserang toxoplasmosis saja yang kotorannya mengandung berjuta-juta telor toxoplasma. Ookista yang ada dalam kotoran kucing yang mengering akan terbang tertiup angin dan kemudian menempel pada rumput, daun, buah, batu, kayu, tanah dan tempat2 lain. Bisa juga pada saat turun hujan, kotoran kucing dengan ookista ini akan ikut aliran air dan menyebar ke segala penjuru. Ookista ini mampu bertahan hidup hingga 18 bulan dalam tanah. Kemudian hewan ternak seperti sapi, kambbing, domba, kerbau, juga burung dan tikus memakan rumput, daun, buah, air, atau apa saja yang tercemar oleh telur toxoplasma.

Manusia juga dapat tertular toxoplasma dengan cara seperti ini. Dalam tubuh hewan selain kucing, ookista akan berubah bentuk menjadi kista yang mampu ‘bertapa’ di dalam jaringan tubuh. Penularan pada manusia bisa terjadi lewat 3 cara yaitu :

1. melalui plasenta dari ibu hamil pada janin yang dikandungnya

2. tertular secara langsung akibat ookista yang termakan secara tak sengaja, misalnya lewat air yang tercemar, tangan atau alat makan yang tercemar oleh ookista toxoplasma.
3. tertular secara tak langsung yaitu karena memakan daging hewan (sapi, kambing, ayam, burung, kelinci dll) yang terinfeksi, karena daging yang mengandung toxoplasma dalam bentuk kista tidak dimasak dengan sempurna.

Bagaimana kucing dapat tertular toxoplasma? Kucing dapat tertular akibat memakan hewan mangsanya (tikus, burung dll) atau daging mentah yang tercemar toxoplasma. Anak kucing dapat pula tertular sejak lahir dari induk yang terinfeksi.

Dari gambaran tersebut diatas dapat disimpulkan 4 hal yaitu:

1. kucing yang ‘memproduksi’ telur toxoplasma hanyalah kucing yang terinfeksi toxoplasmosis

2. telur-telur toxoplasma hanya dikeluarkan bersama kotoran kucing penderita. Jadi tidak benar anggapan yang menyebutkan bulu kucing menularkan toxoplasma, kecuali pada bulu tersebut menempel kotoran dengan telur toxoplasma. Tetapi mungkin bulu kucing yang beterbangan akan sangat mengganggu terutama yang alergi.

3. kucing rumahan yang selalu mendapat makanan dan minuman yang bersih dan higienis, serta kebersihan dan kesehatannya terjaga dengan baik sangat kecil kemungkinan terserang toxoplasmosis. Dalam hal ini kucing liar yang ada di sekitar kita inilah yang sangat berpotensi menularkan toxoplasmosis. Mengurangi/menekan populasi kucing liar mungkin akan mengurangi potensi serangan toxoplasma. Inilah tantangannya.

4. untuk menjadi seorang yang terifeksi toxoplasmosis tidak harus memelihara kucing artinya orang yang memelihara kucing belum tentu akan terserang toxoplamosis. Penularan lebih terkait dengan pola hidup dan kebersihan lingkungan.

Beberapa tahun lalu Dinas Peternakan DKI pernah melakukan survei toxoplasma pada kambing dan domba. Hasilnya lebih dari 75% kambing-kambing di DKI dinyatakan positif toxoplasma. Temuan ini didukung data dari Makmal FKUI bahwa lebih dari 50% manusia yang positif toxoplasma (yang memeriksakan diri ke Makmal FKUI) tidak pernah memelihara kucing di rumahnya. Sampai saat ini belum ada vaksinasi untuk mencegah toxoplasmosis pada kucing. Namun demikian kita dapat mencegahnya dengan selalu menjaga kebersihan dan kesehatannya. Berilah makanan yang sudah dimasak atau makanan jadi khusus untuk kucing (catfood) yang banyak tersedia di supermarket dan petshop. Pemberian makanan yang cukup dapat mencegah kucing berburu tikus, burung, dan lain-lain. Mandikan kucing dengan shampoo 2 minggu sekali. Berikan obat cacing setiap 3 bulan, serta lakukan vaksinasi secara teratur setiap tahunnya.

Demi mencegah penularan, sebaiknya kita selalu menjaga kebersihan. Biasakan mencuci tangan dan bahan makanan serta peralatan makan-minum dengan baik, terutama anda yang suka makan lalapan dan hobi berkebun. Biasakan pula makan daging yang telah dimasak dengan sempurna. Mudah bukan? Jadi tidak perlu phobia dengan kucing.

Tidak ada komentar:








INFO
KomSel





Komsel Setiap Hari Jumat Jam 20:00 WIB Tuhan Yesus Memberkati.

Semua Materi Bahan Sate diambil dari www.abbalove.org



ABBALOVE SERPONG
Ruko Jasmine Blok HA/1 No.2-6 Gading Serpong







God Bless You.

Daftar Blog Favorit