Saudara-saudaraku yang terkasih,
Perkawinan merupakan sarana Tuhan menciptakan makhluk-makhluk kekal untuk menghuni Kerajaan Surga. Jadi kalau kita tidak mengerti maksud agung Tuhan ini maka perkawinan hanya menjadi sekadar kewajiban hidup, di mana seseorang setelah menginjak dewasa harus menikah dan berketurunan. Selanjutnya tidak jarang anak-anak yang dilahirkan hanya untuk mewarnai hidup orang tua, sebab pasangan yang tidak mengerti kebenaran Tuhan menjadikan anak-anak alat. Ini sebuah eksploitasi. Anak-anak hanya menjadi objek guna menyemarakkan hidup orang tua. Ambisi orang tua yang gagal jadi dokter menuntut anaknya menjadi dokter. Ibu-ibu yang merasa gagal menikah memaksa anak-anaknya menikah dengan pasangan pilihan orang tua sesuai dengan seleranya dan lain sebagainya. Anak-anak bukan objek, tetapi subjek yang dipersiapkan Tuhan untuk menjadi penghuni Kerajaan Surga.
Menjadi kehendak Tuhan bahwa keluarga harus dijadikan tempat di mana rencana Allah digenapi, yaitu melahirkan penduduk dunia yang akan datang, memperhatikan dan merawat seluruh anggotanya untuk dapat menjadi umat yang layak bagi-Nya. Di sini keluarga bukan menjadi tempat persinggahan sementara, tetapi keluarga adalah tangga awal menuju kerajaan Allah.
Keluarga menjadi tempat pelatihan untuk menjadi umat yang layak bagi-Nya. Hal itu berarti di dalam keluarga, masing-masing anggota belajar mengembangkan kasih di tengah berbagai benturan karena perbedaan pandangan, nafsu serakah, dan berbagai watak dosa lain. Di dalam keluarga ada mezbah bersama, ada pelatihan untuk menguasai diri (self-control), pelatihan saling mengasihi, saling mengerti, mengampuni, dan lain sebagainya. Latihan menjadi warga kerajaan Surga yang baik. Oleh sebab itu setiap anggota keluarga harus menjadi orang percaya dan mengerti hukum Tuhan untuk diterapkan dalam kehidupan. Hendaknya keluarga tidak melepaskan anaknya sebelum anak-anak dibekali pengenalan yang benar akan Allah. Orang tua yang tidak melengkapi anak-anaknya dengan kebenaran Allah adalah orang tua yang tidak bertanggung jawab, menjerumuskan anak-anaknya menjadi pengikut Iblis, calon penghuni neraka.
Setelah dunia jatuh, Tuhan bermaksud memulihkan kehidupan setiap individu dan menggiring sebanyak mungkin manusia ke dalam kerajaan-Nya, sebaliknya Iblis juga berusaha menggiring sebanyak mugnkin manusia ke dalam kebinasaan. Dari generasi ke generasi, jutaan keluarga tergiring ke dalam api kekal oleh Iblis, barangkali juga garis keturunan nenek moyang kita. Sekarang kita hentikan gerak pembinasaan itu melalui kita di dalam keluarga masing-masing. Anak-anak yang dalam keluarga kita tidak lagi mewarisi pola hidup nenek moyang yang sia-sia yang dihantar Iblis ke dalam kerajaannya, tetapi kita hantar keluarga kita oleh pimpinan Roh Kudus dalam Kerajaan Surga.
Memahami hal ini, maka dalam menikah, yang pertama kita perhatikan adalah bahwa jodoh kita harus seiman dan harus rohani, atau mau bertumbuh dewasa untuk menjadi umat Tuhan yang layak. Untuk apa menikah kalau ternyata kita hanya membawa diri kepada suasana neraka yang tidak jarang membuat iman Kristen terkhianati dan melahirkan anak-anak yang menambah jumlah penduduk neraka. Kalau ternyata kita tinggal serumah dengan pasangan hidup yang belum bertobat karena dulu kita salah pilih, maka pertobatan pasangan hidup kita adalah proyek utama. Kalau pasangan hidup kita sudah bertobat tetapi belum dewasa, maka proyek penting dan terutama adalah bagaimana kita semua bersama-sama bertumbuh menuju kesempurnaan menjadi umat yang layak bagi-Nya. Oleh karenanya suami, istri dan anak-anak harus bertumbuh bersama menjadi umat yang layak bagi kerajaan Allah.
— Pdt. Erastus Sabdono, M.Th.
MURAHHHHH.....
-
DALI CHRYSANTHEMUM WITH HONEY
Teh bunga chrysanthemum dengan madu.
Khasiat dan kegunaan:
Memelihara kesehatan dan membantu meredakan sakit kepala dan pana...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar